Beranda | Artikel
Seruan Terbuka Kepada Para Pemilik Toko Buku, Percetakan dan Penerbit.
Kamis, 1 Juli 2004

SERUAN TERBUKA KEPADA PARA PEMIILIK TOKO BUKU, PENERBITAN UMUM DAN KHUSUS

Oleh
Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi al-Madkhaly

Dari seorang yang selalu membutuhkan ampunan Tuhannya, Zaid bin Muhammad bin Hadi al-Madkhaly, kepada saudara yang mulia seiman dan seagama, yang saya maksud para pemilik toko-toko buku/ penerbitan/ percetakan milik pemerintah dan swasta di negeri kami (dan selainnya -pent), adalah mereka yang ber-Manhaj Salaf, semoga Allah selalu memberi taufiq kepada sernuanya untuk selalu mentaati dan Âberusaha dalam mencari ridha-Nya.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selanjutnya: Sesungguhnya aku memuji kepada Engkau, Allah, Yang tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia. Kemudian aku ingatkan diriku dan diri kalian -dan peringatan itu akan membawa manfaat bagi kaum mukminin- dengan apa yang telah diketahui, bahwa wajib bagi individu (muslim dan muslimah -pent.) untuk menjaga lima perkara berikut ini, yaitu : agama, akal, kehormatan, darah dan harta. Manusia yang paling utama untuk menjaga perkara-perkara ini adalah umat Islam pada umumnya dan para penuntut ilmu khususnya. Dan jika demikian perkaranya, sesungguhnya telah didapati, di masa / jaman kita saat ini, buku-buku dan selebaran serta kaset-kaset di toko-toko buku (penerbitan dll, pent.) yang saya sebutkan : mayoritasnya buku-buku tersebut dipertokoan bisnis diperjual belikan, seperti: buku- buku karya Sayyid Quthb, Muhammad al-Ghazali, Yusuf al-Qardhawi, Abul A`la al-Maududi, Hasan al-Bannaa’, Muhammad Surur dan Muhammad Ahmad ar-Raasyid, Said Hawwa’, Salman al- ‘Audah, Safar al-Hawali, Nashir al- ‘Umr, ‘Aaidh al-Qarni, Mahmud Abdul Halim dan Jasim al-Muhalhal serta murid-murid al-Bannaa’, keluarga Quthb dan orang yang seperti mereka dari setiap pimpinan atau orang-orang yang berintimaa kepada salah satu Firqah yang bertabrakan dengan Manhaj Salaf di dalam banvak maupun sedikit bab-bab keilmuan dan amalan di sepanjang masa ini.[1]

Bahwasanya tulisan-tulisan, kaset dan selebaran, yang nama-nama mereka tercantum di dalamnya, ada yang dapat diterima dan ada yang (harus) ditolak. Di dalamnya pula terdapat perkara yang sia-sia dan juga racun.([2]Jika kamu perhatikan dengan seksama akan kamu dapati, bahwa penuntut ilmu mayoritasnya terbagi menjadi dua kelompok (bagian), yaitu:

Kelompok (bagian) yang mantap keilmuan Syari’ahnya dan ilmu bahasa Arabnya, yaitu ketika mereka membaca kitab apapun mereka dapat memilah antara yang dapat diterima dan ditolak, yang bermanfaat dan yang membawa mudharat.

Kelompok (bagian) lainnya, adalah para penuntut ilmu yang kurang mantap keilmuan agama dan bahasanya. Yaitu mereka mengambil apa yang mereka baca tanpa memilah antara yang shahih dan yang rusak. Antara yang diterima dan yang ditolak. Bahkan yang didengungkan adalah mengumpulkan dan sana-sini tanpa memeriksa dan meneliti. Kemudian mereka mempelajari apa-apa yang mendatangkan kemudharatkan dan tidak rnemberi manfaat kepada mereka sama sekali, dengan perantara kitab-kitab atau selebaran atau kaset-kaset yang terkumpul di dalamnya, antara yang diterima dan yang ditolak dan antara yang rusak dan yang shahih.

Apabila demikian adanya, maka nasehatku -untuk diriku sendiri dan untuk mereka- agar berpaling (meninggalkan) kitab kitab dan selebaran serta kaset-kaset orang yang telah aku sebutkan nama-namanya tersebut, dalam rangka menjaga dan melindungi agama kita yang hak dan Aqidah Salaf yang murni, bersih dari apa yang membawa kepada kerugian dan kejelekan. Dan dalam rangka menjaga akal hati dan pikiran kita, merupakan hal yang dimaklumi, bahwasanya tidak ada kepentingan kita sedikitpun darinya, dikarenakan kitab-kitab ulama salaf yang terdahulu dan yang sekarang ada di tengah-tengah kita, sedangkan yang ada di dalamnya mencukupi sesuai yang kita butuhkan dari kitab-kitab yang disebutkan sebelumnya, yang mengandung banyak kerancuan, yang wajib mengambil tameng sepertinya, secara maknawi untuk menyelamatkan agama dan aqidah, manhaj, akal serta hati dan menghormati darah dan harta.

Jadi benarlah, bahwa buku-buku mereka tidak berhak dan tidak boleh dinamakan sebagai buku-buku Tarbiyah Islamiyyah (pendidikan Islam) yang sebenarnya, sampai dibersihkan dari apa yang ada di dalamnya, yakni penyimpangan terhadap Manhaj Tarbiyah Islamiyyah Salafiyyah, yang menyandarkan kepada nash-nash al-Kitab (al-Qur’an) dan as-Sunnah yang shahih dengan pemahaman yang benar dan uslub/cara yang bijaksana yang diambil dari firman Allah yang haq Tabaraka wa Ta’ala:

وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

“Artinya : Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. ” [Ali-Imran : 159]

Dan berapa banyak perkara-perkara yang sama, yang disandarkan kepadanya, dalam menyampaikan dakwah kepada Allah dan telah diterapkannya oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shahabat dan pengikutnya penerapan secara ilmiah, yang telah membuahkan kebaikan dan keberuntungan. Dan dengan keutamaan Allah, kemudian dengan keutamaan penerapan itu secara amaliyah dan dakwah tersebut banyak memberi pengaruh dengan berpindahnya orang-orang kafir ke agama Islam, yang mana Islam merupakan agama yang dimuliakan dan millah yang diridhai oleh Allah untuk semua makhluq di alam semesta ini dari kalangan jin dan manusia.

Dan yang terakhir, bukanlah pernbicaraanku ini sebuah bisikan, bahkan teriakan di telinga-telinga orang yang mau mendengarkan ucapan (nasehat) dan mau mengikuti yang baik dari para pemilik toko-toko buku yang toko-toko mereka diluberi oleh buku-buku para pimpinan Harakiyin dan murid-muridnya [3]

Kewajiban bagi mereka untuk membersihkan toko-toko (penerbitan/ percetakan / perpustakaan -pent.) dari buku-buku mereka dan hendaknya diisi rak-raknya dengan kitab-kitab yang berisikan ilmu al-Kitab dan as-Sunnah yang berdasarkan Manhaj Salaf, itu lebih selamat dan lebih kekal. Dan rezeki Allah itu terbatas dan sudah tercatat. Dan rezeki yang paling baiknya adalah yang datang dari sisi yang halal. Bahkan rezeki yang didapat dari cara yang tidak halal, pelakunya tidak akan aman dari pertanyaan Allah di dalamnya. Untuk itu, bagaimana anggapanmu, saudaraku, dengan penghasilan yang diambil dari barang yang di dalamnya mengandung penipuan terhadap kaum muslimin muslimat, seperti menjual belikan buku-buku mereka para penulis yang telah tersusun nama-nama mereka dalam buku ini sebelumnya, serta telah aku peringatkan dari mereka. Sebagaimana telah memperingatkan dari mereka dan buku-bukunya para ulama Rabbaniyun, yang selalu memberi nasehat dan itu dilakukan setelah menela’ah bahaya yang ada dalam buku-buku mereka. Kapan pun waktunya, toko-toko yang disebutkan itu dibersihkan darinya dan diletakkan di tempatnya kitab-kitab para Ulama Salafiyin sebagai gantinya, alangkah indahnya pengganti yang bersih, ketika membersihkan tempat yang tercampuri dengan kotoran.

Dan mungkin seseorang akan mengatakan: Tidaklah muncul (ucapan ini), kecuali dari selain Ulama Salafiyin sungguh kamu telah menyerang, ya Syaikh para ahli fikir dan dakwah. di antara mereka terdapat para syuhadaa dan mujahidun penulis dan kamu telah men-tahdzir buku, selebaran, kaset-kaset mereka dengan cara membabi huta, kosong dari penegakkan dalil dan menampakkan hujjah. Sesungguhnya aku memandang, bahwa harus bagiku untuk menyebut setiap kitab dan penulisnya, atau selebaran atau kaset-kaset mereka, dua contoh atau satu contoh paling sedikitnya, agar dapat dijadikan sebagai dalil oleh para pembaca yang cerdas apa yang di dalamnya terdapat penyimpangan dari jalan-jalan kebenaran.

Dan akan aku tinggalkan komentar bagi para pembaca dan aku akan tinggalkan pengelompokannya kepada pembaca, adakah mereka-mereka yang disebutkan tadi akan dikelompokkan bersama ulama as-Salafiyyin atau bersama Ahli Bid’ah dan sesat, maka marilah kita melangkah ke contoh-contoh yang ada.

Kita memohon kepada Allah, semoga Allah mengilhami kita bimbingan dan mengaruniai kita kecintaan kepada kebenaran dan orang-orangnya serta kebencian kepada Ahli Bathil dan para pengikutnya.

1. Berkata Sayyid Quthb dalam menghukumi masyarakat penduduk bumi ini, apa yang dia katakan:

[a]. Bahwasanya dimuka bumi saat ini tidak satu negara muslim pun dan tidak pula masyarakat muslim yang menjalankan syari’at Allah dan Fiqh Islam[4]

[b]. Berkata Sayyid [5] tentang Mu’awiyah dan ‘Amru bin al-‘Ash –semoga Allah meridhai keduanya- : Bahwa Mu’awiyah dan ‘Amr tidak dapat mengalahkan Ali, karena keduanya lebih mengetahui daripada Ali tentang perkara-perkara yang dapat masuk kedalam jiwa serta lebih berpengalaman darinya untuk melaksanakan hal-hal yang bermanfaat dan kondisi yang cocok/tepat. Akan tetapi dikarenakan keduanya bebas dalam menggunakan segala senjata dan ia terikat dengan akhlaqnya dalam memilih sarana/ cara melakukan perlawanan, dan ketika mu’awiyah bersama temannya cenderung kepada perbuatan dusta,menipu, nifaq, suap dan jual beli jaminan, tidaklah ia dapat menguasai dirinya ketika meluncurkan ke tempat yang paling bawah ini, maka tidak mengherankan kalau keduanya sukses dan Ali bin Abi Thalib gagal, dan sesungguhnya itu adalah kegagalan yang lebih mulia dari semua kesuksesan.

]. Berkata Muhammad Quthb: Dan adapun orang yang bertanya sampai kapan kita membina, tanpa dibarengi amalan, maka kita tidak akan mampu untuk memberi mereka waktu yang tertentu kita katakan kepada mereka sepuluh tahun dimulai sekarang atau dua puluh tahun dari sekarang dan ini merupakan terkaan terhadap barang ghaib yang tidak disandarkan kepada dalil yang jelas, hanya saja kita dapat mengatakan kepada mereka kita membina sampai terbentuknya qaedah yang dituntut dengan bentuk/ model yang ma’qul.[6]

3. Berkata Muhammad al-Ghazali (al-Mu’tazili -pent.) dalam rangka istihzaa ‘ (melecehkan) Ahlil Hadits inilah apa yang dikatakan:

Ahli hadits menjadikan diyatnya wanita separuh dari diyatnya laki-laki dan ini merupakan pemikiran dan akhlaq yang jelek ditolak oleh Fuqahaa’ al-Muhaqiqun.[7]

Ia berkata menghina orang-orang yang menetapkan bagi Allah sifat-sifatnya di atas manhaj Ahli Sunnah wal Jama’ah: Bahwa salaf umat ini tidak mengetahui sama sekali tentang kaki ini yakni tentang penetapan kaki dan telapaknya bagi Allah Azza wa Jalla dan tidak terdengar seorang da’i pun kepada Islam memaksa manusia untuk mengimaninya. Kemudian ia mentakwil kaki dengan tertawa ketika ia berkata: “Kaum yang mereka didatangi oleh Allah ke neraka,” dan ia mentakwil kaki, bahwasanya ia adalah hitungan yang banyak dari manuisa kemudian ia menyambung dalam mengikuti atas kejadian ini, yang telah ditetapkan oleh nash-nash al-Kitab dan as-Sunnah shahihah dan yang telah dimasukkan atasnya oleh ulama as-Salafiyun dari umat ini lalu ia (Muhammad al- ghazali): Di mana kaki yang berjalan di atasnya di dalam susunan kalimat yang nyata ini, sampai kepada perkataannya: Bahwa aqidah aqidah ini tidaklah diproduk dan tidak pula dibuat di atas model yang menggelikan ini yaitu aqidah/ keyakinan tentang, bahwa Allah memiliki kaki, apa ini ?![8]

Saya mengatakan (Zaid al-Madkhaly): Ssesungguhnya ini adalah kesombongan yang sebenarnya seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- :

“Sombong itu menolak kebenaran dam merendahkan manusia” [Al-Hadits]

Dan berapa banyak kebinasaan (kerusakan) yang terdapat dalam buku dan selebaran orang ini (Muhammad al-Ghazali) dan barang siapa yang ingin berhati-hati serta mewaspadainya hendaklah membaca kitab-kitab bantahan kepadanya yang paling terkenal adalah kitab karya Syaikh Rabi’ bin Hadi ‘Umair al-Madkhaly anggota Hai’ah at-‘I’adris di Jami’ah al-lslamiyah di Madinah an-Nabawiyah yang berjudul: Kasyfu Mauqif al-Ghozali minas-Sunnah, serta kitab asy Syaikh Shaleh bin Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin Ibrahim ‘Aalu Syaikh Wakil Kementrian Urusan ke-Islaman di Kerajaan Saudi Arabia dengan judul al-Mi’yar li ‘Ilmil Ghazali fi Kitabihi as-Sunnah an-Nabawiyah.

4. Dan adapun Yusuf al-Qardhawi telah mengatakan bolehnya melepaskan diri dari kewajiban dan syiar-syiar agama, halal dan haram dari hikmah dan sebab-sebab yang ma’qulah (yang masuk akal), sebagaimana ia telah meneriakkan disyari’atkannya berkasih sayang kepada Yahudi dan Nasrani, seperti yang telah dikatakan oleh ustadznya Hasan al-Bannaa’. Puluhan kesalahan yang telah dibantah oleh al-‘Allamah asy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan dalam sebuah kitab.[9]

5. Berkata Abul A’la al-Maududi.

[a]. Revolusi Khumaini merupakan revolusi Islamiyyah, dan yang menegakkan revolusi tersebut adalah jama’ah Islamiyyah serta pemuda-pemuda yang ditempa dengan pendidikan Islam dalam harakah-harakah Islamiyyah, maka bagi kaum muslimin secara umum serta harakah-harakah Islamiyyah secara khusus hendaklah mendukung revolusi ini dengan dukungan sepenuhnya dan berkerja sama dalam semua bidang dengan mereka. [10]

[b]. Dan ia berkata dalam kitabnya Tafhimaat, hlm. 12 beristimbat dari firman Allah Ta’ala yang mengabarkan tentang nabi Yusuf ‘Alaihis salam.

“Artinya : Jadikanlah aku bendaharawan (negeri) Mesir” [Yusuf : 55]

Ayat ini bukan hanya permintaan untuk menjabat sebagai Menteri Keuangan saja, bahkan permintaan untuk kediktatoran dan hasilnya ialah, apa yang diletakkan (peraturan) oleh Sayyidina Yusuf ‘alaihissalam, sangat menyerupai undang-undang Musolini di Italia.[11]

Dan dengan pengurangan/ perendahan terhadap Nabi Allah Yusuf, seperti ini ‘Aaidh al-Qarni berkata tentangnya (memberikan pujian dan sanjungan kepada Abul A’la al-Maududi) dalam bait syairnya:

Diriku kupersembahkan untukmu wahai Abul A’la dan adakah yang tertinggal.
Jiwaku kupersembahkan dari keluarga dan teman.
Tidaklah penjara itu menjadikan malu dari seorang Syaikh dan tempat berpisahnya.
Cahaya untuk selain penuntut ilmu tidak akan menuah.

6. Berkata Hasan al-Bannaa dalam rangka memberi dukungan kepada Sufiyyah dan Tasawuf:

[a].Aku melihat saudara-saudara dari Tarekat al-Hashafiyah berdzikir kepada Allah setiap selesai shalat Isya ‘ di setiap malam dan aku selalu menghadiri pelajaran Syaikh Zahran — rahimahullah-¬antara Maghrib dan lsya, dan yang memikatku halaqah dzikir dengan suaranya yang teratur dan merdu serta kalimat nasyidnya yang indah yang menyentuh perasaan dan yang mendukung mereka orang-orang yang berdzikir itu adalah para Syaikh yang mulia dan pemuda-pemuda yang shaleh, serta ke-tawudhu’-an mereka kepada anak-anak kecil, yang bergabung secara langsung dimajlis untuk mengikuti mereka berdzikir kepada Allah Tabarak wa Ta’ala dan tersambung hubungan antara aku dengan mereka saudara-saudara anggota tarekat al-Hashafiyah tiga di antara mereka yang terutama yaitu: asy-Syaikh Syalabi, asy-Syaikh Muhammad Abu Syausyah dan Syaikh Sayyid ‘Utsman dan beberapa pemuda yang shaleh. Sampai kepada perkataannya: Aku mulai melakukan kebiasaan az-Zuruqiyah pagi dan sore dan bertambah keherananku di dalamnya, bahwa al-Walid telah meletakkan ta’liq yang ringan yang dengan mendatangkan di dalamnya dalil-dalil hadits yang shahih secara keseluruhannya dan risalah itu ia beri nama “Tanwirul af’idah az-Zakiyah biadillah Adzkari az-Zuruqiyah”.[12]

[b]. Dan la berkata, kaitannya dengan bolehnva berkasih sayang antara kaum muslimin dengan Yahudi dan Nasrani: “Dari sisi yang akan aku bicarakan adalah point yang ringan dari sisi keagamaan dikarenakan point ini tidaklah dipahami di dalam dunia barat oleh karena itu saya menyukai untuk menjelaskan dengan singkat (ringkas) dan saya menyatakan, bahwa permusuhan kita kepada orang-orang Yahudi bukanlah permusuhan karena agama, dikarenakan al-Qur’an telah menganjurkan berteman dengan mereka dan Islam merupakan syari’at kemanusiaan sebelum menjadi syari’at qaumiyyah, dan Allah telah memuji mereka dan telah menjadikan antara kita dengan mereka kesepakatan, yaitu ketika Allah berfirman:

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Artinya : Janganlah kalian mendebat ahli Kitab, kecuali dengan cara yang baik ” [Al-Ankabut: 46]

Dan ketika al-Qur’an hendak menyampaikan masalah Yahudi, diterangkan-Nya dari sisi perekonomian dan perundang-undangan.

Firman Allah Ta’ala.

فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ

“Artinya : Maka dengan sebab kedzaliman orang-orang Yahudi Kami haramkan atas mereka memakan makanan yang baik-baik yang dahulunya dihalalkan bagi mereka.” [An-Nisaa-160][13]

7. Berkata Umar al-Telmasani pimpinan umum al-Ikhwanul Muslimin sebelum pimpinan yang sekarang ini pengarang kitab syahidu “al mihrab”: dan dengan ini saya memandang lebih cenderung kepada mengambil pendapat yang menyatakan, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– memintakan ampunan dalam keadaan hidup dan mati bagi orang yang mendatangi serambi rumahnya yang mulia.[14]

Dan ia berkata: … Maka tidak alasan lagi, kalau begitu bersikap keras dalam mengingkari orang yang keyakinan terhadap karomah para wali, serta menyandarkan urusan mereka kepada para wali di kuburan-kuburan mereka yang suci serta berdoa di dalamnya ketika ditimpa kesulitan.[15]

8. Berkata Hasan At-Turabi dalam salah satu ceramah yang terekam dalam sebuah kaset: Dan saya sangat berkeinginan untuk mengatakan, bahwasanya berada dalam lingkup negara dan dalam satu perjanjian, boleh bagi seorang muslim mengganti agamanya, sebagaimana pula bolehnya seorang Kristen mengganti agamanya.

Dan ia meneriakkan bolehnya seorang muslimah dinikahi oleh seorang yang
kafir.

9. Berkata Abdurrahman Abdul Khaliq tentang haknya para ulama as-Salafiyin.

[a]. Para Syaikh yang tidak memahami Islam kecuali kulit /luarnya Islam pada tingkatan masa yang lalu!!.
[b]. Dan ia juga berkata tentang hak mereka: dan mereka adalah battalion dari para ulama yang besar perutnya mereka hidup dijaman kita dengan jasad-jasadnya akan tetapi mereka hidup dengan akal-akal dan fatwa-fatwa mereka diselain jaman kami.[16]

10. Berkata Muhammad Surur tentang haknya ulama ar-Rabbaniyin di Kerajaan Saudi Arabia, dan hak pemerintahannya:

Dan jenis yang lain (maksudnya para ulama’) mereka mengambil tanpa rasa malu mengikatkan sikap-sikap mereka dengan sikap para pembesar mereka. Maka jika tuan- tuan mereka meminta bantuan kepada Amerika, para budak itu segera berlomba mengumpulkan dalil-dalil yang membolehkan melakukan amalan ini dan mengingkari semua orang yang menyelisihi mereka. Jika tuan-tuan mereka sedang berselisih dengan Iran negara Syi’ah Rafidhah, budak-budak itu menyebutkan kebusukan Rafidhah serta penyimpangan manhaj dan permusuhan mereka terhadap Ahli Sunnah. Dan apabila khilaf telah selesai, maka diamlah para budak itu, mereka bersikap abstain terhadap penyebaran buku yang diberikan kepada mereka. Jenis manusia ini, yang mendustakan dan berusaha mencari dan menulis ketentuan dan ketetapan serta melakukan segala sesuatu yang diminta oleh tuan mereka, sedikit, Alhamdulillah, yang masuk ke dalam kancah dakwah dan amal Islami. Lembaran-lembaran mereka terungkap walaupun panjang jenggot dan pendek pakaian mereka … [17], dan contoh ini cukuplah untuk dapat diperhatikan apa yang ada di dalamnya dari kelaliman kedustaan dan kesombongan.

11. Berkata Muhammad Ahmad ar-Raasyid pengarang al- Awaaiq wa ar-Raqaa ‘iqwal Munthaliq dan selainnya.

Dakwah itu sebuah tempat yang memiliki bagian dalam/bathin dan luar/ dzahir. Bagian dzahir mencakup seluruh umat Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan bagian dalam/bathin hanyalah tempat orang-orang yang kuat yang dapat dipercaya yang pandai saja, karena itu merupakan tempat dibuatnya ketetapan dan keputusan serta dibuatnya langkah/program-program rahasia [18] sampai kepada pembicaraan yang mengarah kepada tandzim (struktur jaringan/ sel) rahasia yang menghancurkan.

12. Berkata Said Hawwa’ sedang memberi dukungan kepada tarekat-tarekat sufiyyah.

Dan telah berbicara kepadaku seorang Nasrani tentang sebuah kejadian yang menimpanya secara pribadi, yaitu kejadian yang masyhur, semoga Allah mengumpulkan dengan pelakunya secara pribadi, setelah sampainya kepadaku kejadian ini dari selainnya. Dan telah berbicara kepadaku bagaimana dia menghadiri sebuah halaqah dzikir, tiba-tiba salah seorang anggota dzikir itu memukulnya dengan pedang dan dicabutnya darinya lalu tidak ada bekas sedikitpun pada dirinya. Sesungguhnya ini sesuatu yang terjadi/ berlaku dalam tingkatan-tingkatan para pengikut Tarekat ar-Rifa’iyyah berulang kali. Dan ini merupakan keagungan keutamaan Allah yang diberikan kepada umat ini.[19]

13. Berkata Salman al-‘Audah dengan kaitan pendirian Lajnah al-Huquq –hakekatnya adalah Lajnah al-`Uquq (kedurhakaan)-: Jum’iyyah ini atau lajnah ini amalannya sangatlah bagus, dan la didirikan dengan kewajiban yang kifai yang akan mewakili kita semuanya, maka kewajiban kita adalah memberi dukungan dan bantuannya menyuratinya dan awal permulaannya adalah kita melayangkan lembaran kertas yang berisikan ucapan syukur dan selamat atas program yang mulia ini yang dimulai di dalamnya.[20] Hai yang baginya mempunyai pemikiran teroris yang berbahaya. Alhamdulillah Hai’ah Kibar Ulama di kerajaan Saudi Arabia telah menangani secara langsung bantahan terhadap perang urat syaraf ini serta teror mental dan hati dalam pertemuannya, yang dilakukan di Riyadh, pada tanggal: 10/ 11/1413 H. Dan cukuplah Allah bagi orang-orang mukmin untuk peperangan ini.

14. Dan berkata Safar al-Hawali dalam kitabnya, yang ditujukan kepada Haiah Kibar `Ulama di Kerajaan Saudi Arabia -padahal mereka adalah intisari ulama dunia di jaman kita saat ini-, ia berkata:

Dan setelah ini, yakni setelah kita dihadapkan oleh problem kejadian (Perang Teluk -pent.) dari awal mulanya dan segenap permasalahannya, apakah masalah yang dinaungi hanya sekedar masalah meminta pertolongan sebagaimana yang dipahami oleh masyayikh dan saudara-saudara yang mulia, orang-orang yang memiliki pendapat pertama. .._Adapun dari sisi kenyataan yang ada, pola yang ada sangat berbeda sekali, yakni Hai’ah (Kibar Ulama) mereka mengatakan isti’anah (meminta bantuan) dan mereka mengatakan adalah penjajahan….

15. Berkata `Aaidh al-Qarni dalam qasidahnya yang berjudul (Da’il Hawasyi wa Khuruj ) dalam kitabnya yang berjudul: Lahnul Khulud, hlm. 46-47, diamenujukan pembicaraannya kepada para ulama yang hidupnya dihabiskan dalam menggali ilmu, menulis dan menyebarkannya, agar manusia dapat memahami hukum hukum agama mereka:

… Shalat dan puasalah sesuai dengan yang kamu mau
Agama ini tidak dikenali hanya dengan orang shalat dan puasa saja
Kamu ibarat salah seorang pendeta dari kalangan ruhban (Nashoro)
Yang kamu dari pengikut Ahmad cukuplah sebagai ketercelaan
Kamu tinggalkan medan untuk pergi rnendatangi antara
Kehinaan kedustaan yang akan membengkokkan rumput yang tinggi
Setiap hari kamu mensyarahkan matan di atas
Madzhab taqlid, sungguh telahmenambah debu hitam
Atau seorang da ‘i yang fajir terjatuh
Dalam umatku sebagai tertuduh yang menolak celaan itu
Dan budak-budak hitam telah disibukkan dengannya
Ketika keringan dari si pencari telah memutuskan.

Saya (Zaid al-Madkhaly) berkata: Hai orang yang memiliki teror pemikiran yang telah merenggut kehormatan ilmu dan Ulama ar-Rabbaniyin melalui ucapannya, hanya Allah tempat memohon pertolongan.

16. Adapun Nashir al-‘Umr cukup sebagai contoh dalam teror pemikiran kaset ceramahnya tentang Fiqhul Waqi’, yang disusul dengan tersebarnya sebuah kitab setelah itu dan para Ulama telah membantahnya, seperti Syaikh al-Albani dan Ali bin Hasan bin Abdul Hamid dan selain keduanya -Alhamdulillah- atas hilangnya kekasaran.

17. Berkata Mahmud Abdul Halim dan dia merupakan tokoh utama al-Ikhwan dalam kitabnya (al-Ikhwanul Muslimun Ahdaast Shanaat at-Tarikh), [21] ia berkata:

Dalam rangka menceritakan tentang dakwah lkhwan dan uslubnya yang berbeda (dan tidak ada di Mesir suara yang melebihi suaranya, tidak pula tangan yang lebih kuat dari Saudi Arabia, tidak pula ada kalimat yang Iebih diterima oleh hati dari kalimatnya. Mereka meyakini, bahwa setelah melihat penerimaan makin hesar, bahwa penerimaan ini sekupnya hanyalah Mesir dan tidak akan lebih. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh penerimaan ini sampai ke negeri Arab yang jauh, sebagai pengganti negara Yaman dan akan menegakkan negara yang lain dengannya, dan negara yang baru akan terbuka kepemimpinannya dan akan melemahkan baginya hukum. Dan makna ini, bahwa ini merupakan pertemuan pertama dari silsilah, yang tak lama kemudian, negara-negara Arab akan menjadi satu dan akan segera terwujud keinginan berdirinya negara Islam, demikianlah anggapan mereka.

18. Berkata Jasim al-Muhalhal, salah seorang pimpinan Hizbul lkhwan, menerangkan tentang peraturan hizbnya (bahkan dakwah Ikhwan itu menolak siapapun juga yang berada di dalam barisannya yang membuat orang menjauh dari keterikatannya dengan peraturan dan program mereka, walaupun ia seorang da’i yang paham tentang Islam dan aqidahnya, serta paling banyak bacaan kitabnya, dan seorang yang paling tinggi semangatnya dan paling khusu shalatnya Dinukil dari kitabnya yang berjudul [Li Ad’duaat faqath),hlm. 122]

lnilah keterangan yang dapat aku sampaikan dalam lampiran ini maupun sebelumnya. Dan yang mendorong aku untuk menulis perkara ini adalah semata-mata keimanan atas wajibnya menasehati kepada setiap muslim dan muslimah. Kemudian bukanlah tujuanku meringkas dalam menyebut seseorang dan contoh-contoh untuk membatasi, akan tetapi perumpamaan saja untuk mengkiaskan yang setara dengan yang setara.

Barangsiapa yang benar kepada Allah, dalam niatnya untuk mencari kebenaran dan mendatangi dengan sebab-sebahnya, sesungguhnya Allah akan memberi petunjuk dan akan menyinari hatinya. Sesungguhnya Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Dia senantiasa melihat kepada setiap hamba-hamba-Nya.

Shalawat dan salam serta keberkahan selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, pemberi kabar gembira, peringatan cahaya dan yang bersinar, juga kepada keluarga, sahabatnya serta orang yang berada di manhaj yang baik.

Ditulis oleh seorang yang selalu membutuhkan ampunan kepada Tuhannya dan paling mengharap keridhaan-Nya,

Zaid bin Muhammad bin Hadi al-Madkhali

[Disalin dari kitab Al-Irhab Wa Atsaruhu ‘Alal Afrad Wal Umam, Edisi Indonesia Terorisme Dalam Tinjauan Islam, Penulis Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhaly, Penerbit Maktabah Salafy Press]
_______
Footnote
[1].Aku lupa mencantumkan Abu Ghuddah dan gurunya Muhammad Zahid Al-Kautsari yang menikam kemuliaan para uIama sunnah dan untuk mengetahui serta menelaah tentang penyimpangan orang ini dan muridnya yang hati keduanya telah menyeleweng kepada perkara bid’ah, hendaklah merujuk kepada kitab Bara’atudz Dzimmah minal Waqii’ati fil Ulama’il Ummah oleh Bakr Abu Zaid -semoga Allah selalu menjaganya . Dengan Muqaddimah Samahatusy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah- .
[2]. Dan apa yang di dalamnya terdapat kebenaran itu ada pada kitab selainnya dari pada karya Ulama Salaf dan pengikut mereka dalam ilmu dan amal, dan jika demikian keadaannya maka tidak perlu bagi penuntut ilmu untuk memanfaatkannya atau mengambil ilmu darinva bahkan lebih baik melepaskan diri darinya.
[3]. Termasuk dalam hal ini para penerbit dan percetakan yang banyak menerbitkan, mencetak serta menyebarluaskan buku-buku tersebut tanpa melakukan pemilahan antara yang bermanfaat bagi umat dan yang tidak. Khususnya di Indonesia banyak penerbitan dan percetakan Buku-buku Islam (menurut mereka), pada umumnya tidak memperhitungkan sisi maslahat dan mafsadah bagi Umat. Untuk itu kami nasehatkan sekaligus kami peringatkankepada para penerbit buku-buku Islami, hendaklah kalian semua bertaqwa kepada Allah. Ingatlah, bahwa dunia itu sementara sifatnya sedangkan akhirat menanti kalian. Janganlah asal menerjemahkan buku dan menerbitkan tulisan-tulisan orang yang telah diperingatkan oleh para Ulama Ahli Sunnah, bahwa pada diri para penulis itu terdapat berbagai macam penyimpangan pemahaman (terdapat kesesatan). Menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku yang sarat kesesatan sama halnya ikut andil menyebarkan kesesatan di tengah-tengah umat. Demikian nasehat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua -pent.
[4]. Fi Dzilalil Qur’an (4/2122)
[5]. Didalam Kitab Kutub wa Syakhshiyaat li Sayyid; hlm. 242
[6]. Waqafaat Tarbawiyah; hlm. 162.
[7]. As-Sunnah an-Nabawiyah; hlm, 19.
[8]. Sirrru Taakhuril Arab wal Muslimin; hlm. 55
[9]. Dengan judul: al-I’lam Binaqdi Kitab al-Halal wal Haram, karya Yusufal-Qardhawi
[10]. Asy-syqiqaan al-Maududi wal Khumaini, hlm. 3.
[11]. Risalah Qul Hadzihi Sabili, hlm. 8.
[12]. Mudzakaraat ad-Da’wah wa ad-Da’iyah, hlm. 22-23.
[13]. Lihat Kitab “al-Ikhwanul Muslimun Ahdaast Shan`at at-Tarikh, hlm.409.
[14]. Syahidul Mihrab hlm. 226.
[15]. Syahidul Mihrab hlm. 231.
[16]. Khuthuth Raisiyyah li Ba’stil Ummah al-Islamiyyah hlm. 83-84.
[17]. As-Sunnah,’ edisi Kedua puluh tiga Dzulhijjah tahun 1412 H
[18]. Kitab Shina`atul Hayat, hlm. 113-116.
[19]. ‘I’arbiyatuhum ar-Ruhiyyah, hlm. 217-218.
[20]. Dan orang-orang yang mencari-cari alasan untuk Salman, mereka mengatakan bahwa sesungguhnya dia mempunyai pengikut yang bersikap ghuluw di dalam, sehingga melampaui batas aturan adab sopan santun, yang berkaitan dengan hak-hak orang yang memiliki hak-hak syar’iyyah. Dan orang-orang, yang mencarikan alasan untuk SaIman, telah berdalil dengan ucapan sebuah penyair yang memuji dan menyanjung Salman al-‘Audah berikut ini.

Kami adalah pembelamu hai Salman lakukanlah dengan kami.
Dari mana engkau maukan sungguh engkau sebagai suri tauladan
Kami adalah pembelamu betapapun yang diucapkan oleh orang yang iri denganmu
Kami adalah pembelamu walaupun mereka mencaci dan memaki
Kami adalah pembelamu walau mereka telah mengataknn zabaniyahi
Itu yang menyimpang atau itu yang lurus atau berada ditengah tengah
Itu majlis mereka yang menenggelamkan dan menutupi semangat mereka
Ini penjara mereka yang telah membutakan hati mereka
Ini lembaran-lembaran mereka yang dilumuri Lumpur
Ini mimbar-mimbar mereka hendaklah ditumbangkan.

[21]. Sejarah yang putih bersih, yang cahayanya bersinar di permukaan dunia di abad ini, ialah da’wah asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang mujaddid (ref’ormis) ilmu agama dan Da’wah Salafiyah yangtinggi kedudukannya. Dan orang yang mengikutinya dalam aqidah dan manhaj, bahkan dalam seluruh bab keilmuan dan amalan di atas manhaj yang lurus serta jalan yang lurus dan tidaklah melakukan perubahan sedikitpun.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/876-seruan-terbuka-kepada-para-pemilik-toko-buku-penerbitan-umum-dan-khusus.html